99 haruskah Aku ada agar menjadi 100

Pak tua menjelaskan tentang 99 Asmaul Husna, dan setelah selesai seorang pemuda berbadan kurus berdiri dan bertanya, "Pak tua, sudah tau kah nama yg ke 100?"
Pak tua berfikir sambil memejamkan mata dan menundukkan kepalanya.
Sang pemuda menjawab akan pertanyaannya sendiri, "yang keseratus itu adalah Pak Tua, karena pak tua adalah subjek nya. 99 nama itu tidak akan bermakna kalau tidak ada subjeknya yang menjalankan."
"maksud kamu?" tanya pak tua.
Si pemuda pun pergi meninggalkannya.
****
Pak tua penasaran karena pertanyaannya ngga di jawab, karena itu dia mencari si pemuda berbadan kurus, ketika bertemu pak tua pun lansung nyerocos bagai petasan ceplik, " Kemarin gimana itu pertanyaan pak tua kok ngga dijawab? Subjek nya berarti kita semua Tuhan dong? wah kamu tandanya sudah sesat sepertinya."
Pemuda pun dengan tenang menjawab:"pak Tua kalau subjeknya itu adalah yg mencari, Nama-nama itu ada 99, nah kita yg ke 100 untuk menjadikan 1 keutuhan,cotoh ..,
Pak Tua besok aja deh... saya mau naik angkot dulu... lgi ada janji."
De.....h.......
****
Pemuda kurus pun menemui pak Tua,”Eh pak Tua, saya datang mau menepati janji.”
Pak Tua,”Oiya, gimana-gimana? Kelanjuatan penjelasan 99 nama-nama Allah SWT, kok harus ada yang ke 100 dan yang keseratus itu si subjek yang mencari ? Itu sama saja si Subjek itu Tuhan dong?”
Pemuda kurus pun tersenyum dan menjawab:
“Begini pak Tua , kalau menurut saya nih,nama –nama 99 itu belum selesai ,untuk selesai harus 100. Dan yang keseratus itu adalah subjek nya itu sendiri.
Contohnya seperti begini:
“ Jika ada orang yang kelaparan karena ke tiadaannya , dia selalu berdoa dan memohon kepada Tuhan, tetapi jika doa tsb tidak terealisasikan pastinya dia beranggapan Tuhan itu ada apa tidak? Saya merintih meminta tapi Dia tidak mengutus hamba-hambanya untuk menyelamatkan saya.Saya sudah memohon beribu-ribu kali tapi doa ku kok ngga pernah didengar atau di jabah, sebenarnya Tuhan itu ada apa tidak?
Nah disinilah subjek tersebut menjadi utusan-utusan Tuhan, yang menjadi saksi bukan ucapan,”
“Wah saya belum ngudeng nih, tapi sepertinya mulai menarik nih,” kata pak Tua lanjut.
“ begini pak tua. Saya mau minum dulu di warung sebelah, karena disini air sumurnya sepertinya lagi kering, wakakkakakakaka” ucap si pemuda kurus sambil berdiri dan meninggalkan pak Tua.
“Hei gimana ini kelanjutannya?” Tanya pak tua.
“Besok kita ketemu lagi,” Jawab pemuda kurus sambil melambaikan tangannya. 
****
Pak Tua merasa tertarik dengan pemikirannya si pemuda berbadan kurus , dengan inisiatip nya dia mendatangi rumah si pemuda kurus tersebut :
“Assalamu alaikum,”dari depan rumah.
Si pemuda pun menjawab dengan spontan “ Walaikum salam O… Pak Tua, masuk pak.Ngopi atau ngeteh nih?”
“Wah ngga usah repot2. Air kopi aja plus roti. Heheheheheh becanda. Jangan kopi yah.. nanti seret, hehehehehhehe.”canda pak Tua.
“Siap.”
“Bi .. kopi 2 yah ma roti jangan lupa.”
“Iya Den.”Jawab si bibi dari dalam rumah.
“Ngomong-2 ada apa nih pagi-pagi begini Pak Tua? Kesurupan apa sadar nih?” cengenges si pemuda kurus .
“Iya itu si Subjek, trus gimana itu kelanjutannya?”cerocos Pak Tua.
“Begini Pak Tua. Ta kasih pertanyaan nih, apakah setiap orang yang berdoa Tuhan datang tuk langsung memberinya? Tidak kan kecuali dia seorang Rasul. Bener ngga?”
“Bener, jadi subjeknya Rasul maksud ente?”
“Ya bukan lah, si subjek itu yang mencari Tuhan.Seperti Pak Tua ini.”
“Gimana sih maksud nya ?”
“Disaat si subjek mencari Tuhan , si subjek kemampuannya apa? Kalau dia seorang yg kaya raya nah dia harusnya membantu yg miskin. Karena si subjek (si kaya) akan memberi bantuan kepada yg miskin tanpa pamrih dan riya, karena disaat dia memberi bantuan si kaya harus berfikir bahwa saat dia memberi itu bukan miliknya tapi milik Tuhan dan disaat dia memberikan dia merasa bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Bukan hanya dalam ucapan saja setiap hari tapi dengan bersaksi begitulah cara Tuhan mengabulkan doanya melalui hambanya atau ciptaannya. Nah si Subjek di sini menjadi yg keseratus selama dia tidak riya atau menceritakan apa yg telah dilakukannya.”

Comments

Popular Posts